Koneksi Antar Materi Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis
Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Salam dan BahagiaSaya Yerison Daniel Tapatab, calon guru penggerak angkatan 11 dari UPTD SMP Negeri 2 Amfoang Selatan, Kab. Kupang, NTT. Dalam postingan kali ini, saya akan menyampaikan rangkuman berdasarkan pembelajaran pada Modul 3.1 Program Guru Penggerak yaitu Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”. Bob Talbert
Kutipan tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pendidikan, kemampuan teknis seperti menghitung itu penting, tetapi nilai-nilai dan prinsip yang mendasari apa yang kita ajarkan jauh lebih berharga. Dalam konteks pembelajaran pada modul ini, kutipan ini menekankan pentingnya fokus pada pengembangan karakter dan pemahaman nilai-nilai dalam pendidikan. Misalnya, saat mengajarkan keterampilan atau pengetahuan, penting untuk selalu mengaitkannya dengan konteks yang lebih luas seperti tanggung jawab sosial, empati, dan integritas. Dengan cara ini, murid tidak hanya belajar untuk mencapai angka atau hasil, tetapi juga memahami makna di balik pembelajaran mereka.
Pada modul ini, kita belajar bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Berikut ini akan diuraikan rangkuman kesimpulan pembelajaran berdasarkan beberapa pertanyaan pemandu yang tersedia dalam modul pembelajaran.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ketika mendengar nama Ki Hajar Dewantoro, pikiran kita langsung tertuju
pada istilah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso dan Tut Wuri
Handayani. Ing Ngarso Sung Tulodo artinya di depan memberikan teladan; Ing
Madyo Mbangun Karso, artinya di tengah memberi semangat. Tut Wuri Handayani
artinya di belakang memberi dorongan. Ketiga kalimat yang penuh makna ini juga
dikenal sebagai Pratap Triloka.
Dalam kaitannya dengan
pengambilan keputusan, Pratap Triloka dapat dijadikan sebagai landasan pijak
pengambilan keputusan. Dalam konteks ini, seorang
pemimpin harus mampu mengambil sebuah keputusan yang bijaksana dan berpihak kepada
yang dipimpin. Selanjutnya dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin dapat
menjadikan dirinya sebagai teladan di mana keputusan yang diambil bertujuan
untuk membangun semangat orang-orang yang dipimpinnya, dan memberikan motivasi
kepada orang-orang yang dipimpin untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan
potensi yang dimiliki.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Dalam hal pengambilan keputusan dapat
merujuk pada prinsip pengambilan keputusan yang dipelajari dalam modul ini
antara lain: berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking),
berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking), dan berpikir berbasis rasa
peduli (care-based thinking). Prinsip yang digunakan dalam pengambilan
keputusan biasanya merujuk pada nilai-nilai yang dianut oleh pembuat
keputusan. Orang yang menjunjung tinggi nilai kejujuran dan integritas
cenderung untuk mengambil keputusan berdasarkan peraturan yang ada, orang yang
menjunjung tinggi nilai tanggung jawab cenderung akan mengambil keputusan
berbasis hasil akhir, dan orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan,
kepedulian cenderung akan mengambil keputusan berbasis rasa peduli. Saya
sendiri memiliki sikap menolong sesama sehingga sering
kali keputusan yang saya buat selalu merujuk pada prinsip berpikir berbasis
rasa peduli (care-based thinking).
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching dengan alur TIRTA dapat
membantu guru untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga dapat
membantu coachee untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertanyaan-pertanyaan
berbobot. Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan 9 langkah pengambilan
keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita dukungan dalam proses
pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi, evaluasi, dan pengembangan
keterampilan. Sudah tentu memang kasusnya bersifat dilematis namun melalui
pertanyaan berbobot dari coach akan sangat membantu coach mengidentifikasi
kasus dilematis dan memutuskan mana yang terbaik. Ini memungkinkan untuk
membuat keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan
dengan lebih percaya diri.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya dapat berpengaruh signifikan terhadap
pengambilan keputusan, terutama dalam menghadapi dilema etika. Hal ini karena
dilema etika seringkali melibatkan nilai-nilai sosial dan moral yang rumit dan
tidak jelas, yang memerlukan pemahaman mendalam tentang emosi dan interaksi
sosial. Dalam konteks ini, guru yang memiliki kemampuan mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya akan lebih mampu mengatasi situasi dilema etika
dengan cara yang lebih baik. Guru yang empatik dan
memiliki kemampuan untuk mengelola hubungan interpersonal yang baik dengan murid dapat membantu menciptakan lingkungan kelas yang aman dan menyenangkan,
sehingga murid merasa nyaman untuk membuka diri tentang masalah yang mereka
hadapi. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya dapat membantu murid dalam memahami perbedaan pandangan,
mengeksplorasi alternatif solusi, dan membantu murid dalam memilih tindakan
yang paling tepat dari segi moral dan sosial. Oleh karena itu, guru yang
memiliki kemampuan sosial dan emosional yang baik, akan lebih mampu membimbing murid dalam memecahkan dilema etika dengan cara yang etis dan benar.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Ketika seorang
pendidik menghadapi sebuah studi kasus yang berkaitan dengan masalah moral atau
etika, maka nilai-nilai yang dianutnya dapat menjadi acuan dalam mengambil
keputusan. Misalnya, jika seorang pendidik memiliki nilai kejujuran yang
tinggi, maka ketika dihadapkan pada sebuah studi kasus yang melibatkan
kejujuran, maka keputusan yang diambil akan selalu berlandaskan pada nilai
kejujuran tersebut. Selain itu, pendidik juga dapat menggunakan nilai-nilai
yang dianutnya untuk membantu murid dalam memahami dan menyelesaikan masalah
moral atau etika. Dengan mengajarkan nilai-nilai tersebut, murid akan lebih
mudah memahami pentingnya mengambil keputusan yang berlandaskan pada moral dan
etika yang baik.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan yang tepat
sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan
nyaman. Dalam lingkungan pembelajaran penting bagi guru dan murid untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi masalah atau situasi yang
dihadapi. Keputusan yang tepat dapat membantu menciptakan lingkungan yang
kondusif dan positif untuk pembelajaran. Sebaliknya, keputusan yang salah dapat
merusak lingkungan kelas dan menghambat pembelajaran murid.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda
Pengambilan keputusan yang
mengandung dilema etika akan mempertentangkan dua pihak yang berbeda
kepentingan. Ini yang saya temui di lingkungan saya. Tentu setiap pihak akan
mempertahankan kebenaran yang diyakini. Pertentangan antara dua pihak biasanya
karena perbedaan nilai yang dianut oleh masing-masing pihak yang
berkepentingan. Bagi saya ini yang menjadi tantangan terbesar dalam pengambilan
keputusan yang mengandung dilema etika.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pendidikan merupakan salah
satu upaya untuk membentuk karakter dan moral murid. Keputusan seorang pendidik
sebagai seorang pemimpin pembelajaran akan sangat menentukan masa depan murid.
Seorang pendidik diharapkan dapat membuat keputusan yang memerdekakan murid dalam
belajar sehingga kebutuhan belajarnya tercapai yang pada akhirnya murid dapat mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah
mempelajari modul 3.1, saya sudah mampu membedakan manakah yang termasuk dilema
etika dan bujukan moral. Dilema etika terkait dengan dua hal yang sama-sama
benar sedangkan bujukan moral terkait dengan dua hal yang satunya salah
sedangkan yang lain benar.
Selanjutnya,
saya juga mempelajari tentang 4 paradigma pengambilan keputusan yakni Individu
lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa
kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty), dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long
term). Di samping itu saya juga belajar tentang prinsip pengambilan
keputusan yakni berpikir berbasis akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir
berbasis rasa peduli.
Selanjutnya untuk
memandu dalam pengambilan keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil,
ada 9 langkah yang dapat dilakukan. Kesembilan langkah tersebut antara lain:
- mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan;
- menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini;
- kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini;
- pengujian benar atau salah;
- pengujian paradigma benar lawan benar;
- pelakukan prinsip resolusi;
- investigasi opsi trilema;
- buat keputusan;
- lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah. Bedanya dengan apa yang sudah saya pelajari dalam modul adalah bahwa di
modul saya mengenal beberapa jenis uji sebelum pengambilan keputusan. Sedangkan
untuk sebelumnya, saya hanya menggunakan satu jenis uji.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari modul ini saya akan menerapkan beberapa jenis uji yang ada agar
menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab, berpihak pada murid, dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sebagai individu dengan
mempelajari modul ini saya bisa melihat sebuah dilema dari banyak sisi sebelum
memutuskan sehingga akhirnya kebutusan yang saya ambil merupakan sebuah
keputusan bijaksana. Sebagai seorang pemimpin, modul ini membuat saya belajar
bahwa apapun kasusnya saya harus mengutamakan musyawarah dalam pengambilan
keputusan sebab itu semua adalah hal mendasar agar tidak ada konflik
kepentingan yang berkepanjangan pasca pengambilan keputusan. Melaksanakan 9 langkah uji untuk pengambilan keputusan dapat menjadi modal penting bagi saya dalam proses pengambilan keputusan untuk kasus-kasus dilema etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar