Rabu, 03 Juli 2024

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1 (Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 Tahun 2024)

 

Pembelajaran pada Program Pendidikan Guru Penggerak dimulai dengan mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Pembelajaran modul ini mengikuti alur MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata). Pada alur koneksi antar materi, calon guru penggerak (CGP) meninjau kembali tugas personal yang dikembangkan pada alur sebelumnya. Selanjutnya CGP membuat kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara, membuat refleksi, dan mengontruksikan kembali proses pembelajaran dan suasana kelas yang sesuai pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Tulisan ini sedikit mengulas mengenai kesimpulan dan refleksi setelah mempelajari modul 1.1. 
Ketika mendengar nama Ki Hajar Dewantoro (KHD), pastinya pikiran kita langsung tertuju pada istilah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Ing Ngarso Sung Tulodo artinya di depan memberikan teladan; Ing Madyo Mbangun Karso, artinya di tengah memberi semangat dan Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberi dorongan. Beberapa pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang dapat saya rangkum adalah tentang kodrat anak, trilogi pendidikan, teori menuntun (among), dan pendidikan yang berpihak pada murid. 
Pertama, tentang kodrat anak. Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya memperhatikan kodrat anak. Kodrat anak yang pertama adalah merdeka. Anak harus merdeka secara lahir dan batin. Anak berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran untuk mengolah pengetahuan dan karakter. Dengan merdeka anak dapat hidup atas kekuatannya sendiri. Kodrat anak yang lain adalah bermain. Dengan bermain, anak dapat mengolah cipta, rasa, karsa, dan pekerti. 
Kedua, trilogi pendidikan. Kita ingat betul pada semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Semboyan-semboyan ini menekankan pentingnya sikap guru. Di depan, guru harus mampu menjadi teladan yang baik, di tengah-tengah guru harus mampu menjadi penyemangat dan motivator yang handal, dan di belakang guru harus mampu menjadi pendorong dan pemacu yang profesional. Dengan kemampuan tersebut, guru dapat menuntun siswa untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Ketiga, teori menuntun (among). Guru diibaratkan sebagai petani. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya padi,ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat/jamur, dan lain sebagainya. Petani tidak akan menjadikan padi menjadi jagung atau tanaman lainnya. Petani pun tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti halnya cara memelihara kedelai atau lainnya. Demikian halnya guru. Guru harus mampu memelihara dan menuntun murid sesuai kodratnya.
Keempat, pendidikan yang berpihak pada murid. Pendidikan yang berpihak pada murid, dalam konsepnya, menempatkan kepentingan dan kebutuhan murid sebagai prioritas utama. Mengakui bahwa setiap murid memiliki kebutuhan dan kemampuan yang unik, sehingga pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat dan gaya belajar mereka. Dengan pendidikan yang berpihak pada murid, pengalaman belajar yang ditanamkan akan menjadi bermakna bahkan sampai pada capaian belajar anak.
Sebelum mempelajari modul 1.1, pembelajaran yang saya lakukan adalah hanya mentransfer materi pelajaran. Saya juga menganggap ketuntasan dalam penyampaian materi lebih penting ketimbang memahami karakteristik murid. Biasanya, saya hanya melihat nilai murid dari nilai kognitif saja. Misalnya saat mereka mengerjakan tugas atau ulangan harian. Jika nilai murid sudah mencapai KKM, maka saya menganggap pembelajaran sudah berhasil. Saya pun hanya meminta siswa untuk menghafal materi yang diajarkan, tanpa memikirkan bagaimana cara agar materi tersebut dapat dipahami sepenuhnya. Imbasnya, saya sering merasa gagal atau mengeluh jika banyak murid yang tidak tuntas setelah melakukan evaluasi. Saya tidak pernah mengidentifikasi minat dan bakat anak sebelum memulai pelajaran, karena saya beranggapan, bakat dan minat cenderung diasah dan diarahkan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan ko-kurikuler.
Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang Pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyadari, apa yang saya pikirkan dan lakukan selama ini tidak tepat. Seharusnya saya melakukan proses pembelajaran secara menyeluruh bukan hanya aspek kognitif saja, tetapi juga afektif psikomotor, spiritual, sosial, dan budaya. Selain itu, saya harus mempelajari karakteristik murid. Setiap anak dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Saya harus menghargai setiap karakter murid dengan memberikan kesempatan untuk mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya. Saya menyadari zaman sudah berubah. Murid kita sekarang adalah generazi Z yang hidup di tengah-tengah kecanggihan teknologi. Dengan memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya mulai merencanakan pembelajaran sesuai kebutuhan murid dan membantu murid menjadi manusia yang merdeka. Murid sebagai individu yang unik, berbeda satu dengan yang lain berhak mendapat tuntunan yang tepat sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Yang dapat segera saya terapkan dalam pembelajaran di kelas antara lain merancang pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dengan melibatkan murid sesuai metode student center. Pembelajaran tidak lagi menuntut, tetapi menuntun. Sebab tugas guru adalah memberi tuntunan atau arahan yang baik kepada murid, berusaha menjadi teladan bagi murid baik dalam perkataan maupun perbuatan. Dengan menjadi guru yang berkarakter baik, murid akan meniru sehingga dapat menjadi murid yang berkarakter lebih baik lagi.
Dengan memaknai semangat semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani,  saya akan terus berupaya untuk menjadi penuntun bagi mereka sesuai kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

Lelogama, 3 Juli 2024


Tidak ada komentar:

Posting Komentar